![]() |
Foto (istimewa) |
Oleh : Djemi Radji, Fellowship Akademi Kepemimpinan Gus Dur
KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur nampak sering menggunakan Upiah Karanji
(peci keranjang) yang terbuat dari anyaman pohon minthu. Pohon sejenis rotan yang hanya
tumbuh liar di hutan-hutan Gorontalo itu dianyam menyerupai peci pada umummnya.
Peci keranjang yang sering dipakai Gus Dur punya sejarahnya. Tak disangka, peci keranjang
yang dipakai pertama kali oleh Gus Dur adalah pemberian Ulama Gorontalo.
Dalam kunjungan pribadinya ke Gorontalo, Gus Dur tanpa pengamanan ketat,
tanpa paspampres. Menurut Gus Dur, kedatanganya saat itu adalah hasil dari
mimpi. Dan dari buah tidurnya itulah, ia segera memutuskan untuk datang bertemu
seorang Ulama di Gorontalo. Tak ada yang tahu kedatangnya, bahkan pejabat dan
aparat kepolisian pun dibuat geger. Kabar bahwa Gus Dur baru saja balik dari
Gorontalo, setelah ia sudah berada kembali ke Jakarta.
Peci keranjang awalnya tidak sepopular seperti saat ini. Berkat Gus Dur peci
keranjang hasil anyaman warga Gorontalo ini jadi terkenal seantero negeri. Peci
keranjang sengaja dianyam agar pemakainya tidak merasa gerah. Dan apapun
bentuknya, keunikan yang diciptakan oleh gradasi warna kulit minthu tak akan
kehilangan pesonannya. Gus Dur berhasil mengangkat nama harum Gorontalo lewat
upiah karanji.
Tak ada yang mengetahui pasti apa pertemuan dan maksud kedatangan Gus Dur
secara diam-diam. Saat tiba di Gorontalo siang itu, Gus Dur bersama sopir
pribadinya langsung menuju arah kecamatan
paguyaman, Kabupaten Gorontalo. Daerah ini cukup jauh ditempuh dari pusat Kota
Gorontalo. Menurut Dadi Kasim Usman, salah satu tokoh adat Gorontalo menuturkan,
bahwa Gus Dur datang secara diam-diam menuju desa terpencil di Kecamatan
Paguyaman, Kabupaten Gorontalo.
Setelah tiba pada sebuat tempat, Gus Dur begegas menuju sebuah gubuk tua. Sang sopir diminta agar
tetap ditempanya semula. Gus Dur berjalan menuju sebuah gubuk tua berjarak 50 meter dari mobil.
“Sepertinya,
Gus Dur telah berkomunikasi langsung secara spiritual dengan sang penghuni
gubuk tua itu. Sesampainya di depan gubuk tua, terdengar suara dari dalam dan mempersilahkan
Gus Dur masuk,” tutur DK Usman.
Tak lama kemudian, Gus Dur keluar dari gubuk
tua. Ia telah mengunakan peci keranjang yang tak lain pemberian seseorang dari dalam gubuk.
Menurut Gus Dur, bahwa seseorang yang barusan ia temui itu adalah ulama
Gorontalo. Setelah balik dan tiba di Istana, beberapa hari kemudian, Gus Dur memesan
kembali beberapa buah peci kerajang.
Namun menjadi pertanyaan, siapa Ulama Gorontalo pemberi Peci
Keranjang kepada Gus Dur? Hanya Gus Dur dan Tuhan lah yang tahu.(***)