![]() |
Foto Istemawa |
Oleh : Asrul G.H. Lasapa
Pelan namun pasti, Ramadhan terus merangkak. Ada hari yang telah terlewati. Setuju atau tidak, Ramadhan adalah momentum terbaik untuk menakar dan mengukur diri.
Pasti ada yang bertanya-tanya, mengapa harus Ramadhan ? Bukankah ada bulan lainnya. Muharram misalnya ? Alasannya sederhana.
Meski baru beberapa hari menjalani kawah candradimuka Ramadhan,
kuantitas dan kualitas ibadah kita telah terukur dengan sendirinya. Sadar atau tidak, bahwa kualitas diri kita telah tergadai oleh seberapa banyak dan seberapa intensitas kita menjalankan ibadah ritual dan ibadah sosial yang membersamainya.
Harus kita akui bahwa tingkat religiusitas kita di bulan Ramadhan prosentasenya cenderung meningkat. Aktifitas Ramadhan kita mengalami konfergensi. Performance kita berbeda sekian derajat dari sebelumnya. Walhasil kita terlihat lebih "alim" atau bahkan sangat "alim" dari biasanya. He.. he.. Mungkin ini yang disebut dengan "Over Religious Activty" (Aktifitas Keagamaan di atas Standar). Menarik memang jika fenomena "kealiman" ini dikaji lebih mendalam oleh mereka yang berkecimpung di dunia psykologi.
Over Religiuos Activity, khususnya over dalam hal ibadah di bulan Ramadhan merupakan perilaku yang baik dan bahkan sangat dianjurkan. Terlepas dari over religiusitas ini dipandang sebagai sebuah kamuflase atau sebuah realitas yang hakiki. Karena semuanya terpulang pada motivasi (niat) dari subjek yang menjalaninya.
Rasul SAW sendiri telah mempraktikan perilaku over religiusitas ini. Kita mungkin pernah mendengar dan membaca, bagaimana kedermawanan beliau di bulan Ramadhan yang melebihi hembusan angin. Jika ibadah sosial beliau saja sudah sedemikian dahsyatnya, maka jangan tanyakan lagi bagimana dengan ibadah ritual beliau. Serasa tak ada kalimat yang mampu mearasikan dan mendeskripsikannya. Begitulah contoh terbaik dari sosok pribadi yang dilahirkan sebagai teladan umat.
Nah, itu Rasul SAW. Bagaimana dengan kita ? Paling tidak, beberapa hari yang telah berlalu sudah cukup untuk menakar kualitas keberimanan dan keberislaman kita.
Semangat dan gairah beramaliyah menjadi indikator kualitas diri kita yang sesunggunya. Tentunya kita sudah bisa menakar, apakah di bulan Ramadhan ini kita termasuk dalam golongan orang-orang yang *"bernafsu"* atau malah kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang *"impoten" ?*
Wallahu A'lam