![]() |
Sahabat Apriyanto Rajak Demisioner Ketua PMII Kota Gorontalo. Foto : Istimewa |
Demisioner Ketua PMII Kota Gorontalo
Sebuah kabar menyebar deras semenjak dipublikasikan perdana Romo Samsi Pomalingo melalui akun facebook pribadinya, sekitar lima bulan lalu, bahwa sejumlah kader PMII Kota Gorontalo tengah menggarap sebuah buku yang belakangan dinamai “Antologi Pemikiran PMII: Identitas, Tradisi dan Nalar Pergerakan. Momen yang ditunggu-tunggu akhirnya bersua. Sabtu 17 April 2021, buku dengan tebal 280 halaman ini dilaunching dan didiskusikan dengan sejumlah narasumber di antaranya: Romo Samsi Pomalingo, Abd. Kadir Lawero dan Donald Tungkagi. Agenda tersebut dilangsungkan di Kantor Kementerian Agama Kota Gorontalo, yang dirangkaikan dengan Konferensi Cabang (Konfercab) XXI PMII Kota Gorontalo, pun saat itu bertepatan dengan momentum hari lahir PMII ke-61 tahun.
Menggarap buku ini dimulai sejak bulan Oktober 2020. Sebelumnya, gagasan yang lahir di tingkatan pengurus cabang PMII Kota Gorontalo, ialah tulisan ini fokus perihal sejarah PMII lokal Gorontalo saja. Namun setelah kami mendiskusikan dengan Romo Samsi, yang notabene ialah akademisi, maka anglenya didorong agak melebar, sehingga kemudian yang disepakati untuk mengisi setiap lembaran kertas buku itu adalah sekumpulan esai yang ditulis oleh para kader maupun alumni dengan ragam tema. Lalu, kami meminta kesediaan Romo Samsi yang juga merupakan Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Alumni PMII Gorontalo menjadi editornya.
Membicarakan Romo Samsi, saya kira adalah senior yang langka. Meski sejatinya bukan alumni PMII Gorontalo, akan tetapi khidmahnya untuk PMII Gorontalo, terlebih dalam kepengurusan saya begitu sangat terasa. Dalam beberapa kesempatan kami berdiskusi panjang lebar, Romo selalu membicarakan perihal perebutan wilayah literasi. Ia bercerita sempat ada pengurus-pengurus sebelumnya yang berkeinginan mengambil ruang literasi itu, namun hinggga kini hanya sekadar wacana. Saya ingat betul apa yang kerap diucapkan Romo, kurang lebihnya begini: “Jika kalian datang kepada saya untuk meminta jabatan atau uang, mohon maaf, saya tidak bisa membantu. Tetapi jika kalian datang dalam rangka membicarakan pengetahuan, maka saya akan menghibahkan waktu dan pemikiran saya untuk kalian.”
Selain menyoal Romo, mempercakapkan buku “Antologi Pemikiran PMII: Identitas, Tradisi dan Nalar Pergerakan” saya kira, salah satu latar belakangnya tidak lepas dari suatu kondisi mewabahnya virus corona yang saat ini telah menjadi pandemi global, yang statusnya ialah bencana non-alam. Indonesia sendiri merupakan negara yang turut merasakan dampaknya. Saat virus ini pertama kali diumumkan Presiden Jokowi pada awal Maret 2020 dengan adanya dua orang terkonfirmasi positif, sejak saat itu pula pemerintah membikin berbagai kebijakan dalam upaya penanganan Covid-19. Multipel kebijakan itu di antaranya: menerbitkan panduan dalam menjalankan protokol kesehatan, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), new normal atau kenormalan baru hingga melakukan vaksinasi massal.
Wilayah Gorontalo merupakan daerah terakhir di Indonesia yang diumumkan adanya kasus positif corona sejak 9 April 2020. Selang beberapa minggu kemudian tepatnya pada tanggal 4 Mei 2020, pemerintah setempat menerapkan PSBB yang diteken melalui Surat Keputusan Gubernur Gorontalo nomor 152/33/V/2020 dan Peraturan Gubernur nomor 15 tahun 2020, dikarenakan jumlah kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19 di wilayah itu terus mengalami peningkatan. PSSB diterapkan hingga tiga jilid, dan baru berakhir 13 Juni 2020. Setelah itu pemerintah berani mengambil kebijakan dengan memberlakukan strategi new normal atau kenormalan baru, walaupun pada kenyataannya angka Reproduksi Efektif (Rt) masih di atas 1.
Masa Khidmat Saat Pandemi
Saya terpilih menjadi Ketua Cabang PMII Kota Gorontalo melalui konferensi cabang (Konfercab) pada 23 Februari 2020, yang dilaksanakan di aula LP2M IAIN Sultan Amai Gorontalo. Kala itu yang membuka musyawarah tertinggi di tingkatan cabang adalah Romo Samsi Pomalingo, Ketua PW IKA PMII Gorontalo. Dalam tulisan kali ini, saya tidak akan membahas terkait dualisme kepemimpinan cabang, sebab selama ini yang coba membikin dualisme dengan mengadakan konfercab tandingan di “kos-kosan” pun tak pernah mengurusi cabang; baik perihal konteks kaderisasi maupun bagaimana memikirkan kebaikan cabang ke depan agar kemudian tetap melanjutkan tridisi pemikiran dan gerakan sebagaimana kultur organisasi ini. Mestinya hal itu dulu yang harus selesai diinsafi betul ketika hendak ingin memimpin PMII di tanah Gorontalo.
Tujuh hari kemudian tepatnya tanggal 02 Maret 2020, sebagai pengurus yang baru, kami kemudian melakukan silaturahim dengan Majelis Pembina Cabang (Mabincab) dan pengurus IKA PMII Kota Gorontalo. Temanya “Menentukan Arah Gerak PMII”. Selain membicarakan dualisme kepemimpinan, perjumpaan yang digelar di Aula NU Kota Gorontalo itu mengobrolkan langkah strategis cabang ke depan. Tentu perkumpulan ini semata-mata adalah ikhtiar pengurus cabang dalam rangka meminta memasukan kepada para alumni. Lebih-lebih, di awal bulan maret kepengurusan itu langsung dihadapkan oleh situasi yang tidak normal yang hingga kini menjadi problem global, yakni pandemi Covid-19.
Hadirnya pandemi corona di tengah kehidupan umat manusia telah menimbulkan kesenjangan sosial yang beragam: baik dari segi kesehatan, ekonomi, pendidikan, dst. Kita sendiri bisa melihat realitas itu, baik yang dicatat oleh media maupun yang kita saksikan sendiri. Banyak nyawa yang telah menjadi korban akibat terpapar virus corona; perusahaan yang tutup; UMKM yang bangkrut; buruh yang di PHK; siswa dan mahasiswa yang tidak mendapatkan pendidikan layak; dst. Semua ini hanyalah sebuah potret kecil dari peliknya kehidupan setelah adanya Covid-19.
Selain itu, karena mobilitas manusia ditekan demi menghentikan pergerakan virus corona, hal ini pun menjadikan kerja-kerja organisasi mulai tereduksi. Fakta ini yang kami rasakan ketika di awal kepengurusan berlangsung. Sehingga dengan keadaan ini organisasi dipaksa harus kratif. Sebab pada dasarnya PMII tidak boleh kehilangan ide dan gagasannya dalam situasi dan kondisi apapun. Meski begitu, terdapat dua skala prioritas yang kami jalankan di tengah mewabahnya pandemi. Pertama, menjadi bagian dari Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) Gorontalo yang di dalamnya diisi sejumlah organisasi/komunitas yang begitu serius memberikan edukasi kepada masyarakat terkait virus corona. Kedua, membangun kerja-kerja literasi di tubuh PMII Kota Gorontalo. Sebab dalam pandangan kami, kerja-kerja literasi ini tidak begitu menimbulkan perjumpaan banyak orang. Hanya perlu memulai dan mendesain metodenya supaya bisa efektif dan efisien.
Rekonsiliasi dan Ketua Terpilih
Ajakan “rekonsiliasi” kini datang ketika Konfercab XXI PMII Kota Gorontalo sudah mulai memasuki tahapan pelaksanaannya, dan anehnya upaya itu datang bukan dari pengurus, melainkan dari beberapa senior yang tidak perlu saya sebutkan dalam tulisan ini. Padahal sejatinya, jauh sebelum itu, kami telah berupaya menjalankan konsolidasi, tujuannya satu: bagaimana bisa menyatukan pandangan untuk kebaikan PMII Kota Gorontalo ke depan. Sayangnya, ikhtiar kami ini “mungkin” dilihat sebagai upaya untuk mengabutkan kepentingan Kongres XX PMII di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Meskipun begitu, kami tetap husnudzon atas rekonsiliasi itu. Akan tetapi, kami pun tidak bisa menolak permintaan dari sejumlah komisariat PMII se-Kota Gorontalo bahwa: ritme-solidaritas-semangat-kekompakan-arus yang sudah terbangun selama setahun lebih untuk tetap dirawat dan dijaga. Sehingga buntutnya adalah melaksanakan Konfercab.
Kini, anggota/kader PMII Kota Gorontalo telah memilih pemimpin cabang tertua di Gorontalo itu untuk masa khidmat 2021-2022. Ketua Cabang, Muh. Rifaldy R. Happy dan Ketua Kopri, Tesri Paputungan. Tentu perjuangan ini akan terus dilanjutkan demi kejayaan di masa-masa yang akan datang. Jauh dalam lubuk hati saya: anggota/kader PMII Kota Gorontalo saat ini sudah sangat dewasa menyikapi setiap dinamika yang kerap mendarat ke permukaan. Mereka bisa melihat siapa yang benar-benar berkhidmat untuk perisai biru kuning, dan mana yang sekadar memuaskan kepentingan pribadi/kelompok dan hasrat kekuasaan. Selamat mengemban amanah untuk kalian yang terpilih. Kita akan selalu bersama untuk hal-hal baik ke depan.***