![]() |
Webinar & Talkshow Ngopi Pintar (Ngopi Coi) Kerjasama FKPT Gorontalo & BNPT, Rabu (14/04/2021) |
NUlondalo.Online, Gorontalo - Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Gorontalo menggelar Talkshow Ngopi Pintar Cara Orang Indonesia (Ngopi Coi) bertajuk; "Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorime", Rabu (14/04/2021)
Ketua FKPT Gorontalo, Prof Dr Ani M. Hasan, M.Pd dalam sambutan pada webinar tersebut menyampaikan, agenda tersebut terselenggara atas kerjasama FKPT Gorontalo dan BNPT, yang bertujuan agar para peserta ketika menerima informasi tidak langsung dibagikan, tetapi saring sebelum di shere agar tidak menimbulkan kebencian bagi pembaca.
"Diharapkan para peserta bisa mendapatkan berbagai informasi sebagai wawasan dalam mencegah bahaya radikalisme dan terorisme. Apalagi belum lama ini di Gorontalo tertangkap 7 terduga terorisme", kata Ani
Lebih lanjut, Mantan Ketua PGRI Provinsi Gorontalo ini mengatakan kegiatan tersebut adalah kegiatan tahun ke 5 untuk Bidang Media yang di Ketua oleh Samsi Pomalingo.
Webinar dan Talkshow tersebut dihadiri 241 mahasiswa dari beberapa Perguruan tinggi (UNG, UMG, IAIN), pegiat media, masyarakat umum dan pengurus FKPT Gorontalo.
Hadir sebagai narasumber diantaranya, Kasubdit Kerjasama Multilateral BNPT, Kol (Inf) Kurniawan SE, Kepala RRI Sangir Talaud, Drs Abdul Haris Talamati dan Praktisi Media, Yosep Adi Prasetyo
Dalam pemaparannya, Kol (inf) Kurniawan SE mengatakan, saatnya mengembalikan tradisi, yakni saling gotong royong. Menurutnya, tradisi ini sangat jitu menangkal paham radikalisme baik di tingkat RT/RW
Pertemuan warga ditingkat RT/RW dapat meningkatkan ketahanan dan keamanan masyarakat, misalnya melalui nilai-nilai lokal dapat menumbuhkan daya tangkal paham radikal di masyarakat.
"BNPT telah memiliki RAN PE yang melibatkn 48 kementrian dan civil society. RAN PE digagas mulai tahun 2017 yang saat ini sedang dalam tahap sosialisasi. Kegiatan RAN PE dimaksudkan untuk pencegahan, penindakan dan kerjasama internasioanl dalam rangka menangkal paham radikal dan aksi terorisme", papar Kurniawan.
Sementara itu, Drs. Abdul Haris Talamati selaku pemateri sesi kedua menekankan, bahwa perlu ada kerjasama antara BNPT, FKPT, pelaku media dan perguruan tinggi tentang riset paham radikalisme.
Menurutnya, aksi radikalisme merupakan kejahatan manusia yang tidak bisa dibiarkan tumbuh subur dalam masyarakat terutama kaum milenial.
"Ambil contoh ya, seperti yang terjadi pada aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dan Mabes Polri", kata Haris
Disisi lain, selaku praktisi media Yosep Adi Prasetyo mengatakan, bahwa media sosial mestinya menjadi alat edukasi publik. Menurut Adi, media sosial punya pengaruh signifikan dalam menyampaikan pesan
"Rata-rata pengguna medsos di Indoneisia menggunakan 3 platform digital (WA, FB dan IG), Tiga flatform tersebut harus menjadi media edukasi bagi masyarakat", tandas Adi (rls)