Basi Jidi (KH. Ajis Mohulalo) Foto : NUlondalo |
“ Saat memutuskan untuk belajar ilmu agama islam, seorang pria meminta kepada ibunya untuk memberikan ridho, bahkan meminta sang ibu untuk mengikhlaskan air asi yang diminumnya sejak kecil,” hal ini kemudian yang menjadi bekal pria tersebut untuk mencari orang-orang yang mempunyai kedalaman ilmu agama Islam (dituturkan oleh Muraji Bereki)
Pria tersebut tidak lain adalah KH. Ajis Muhulalo atau lebih dikenal sebagai Bassi Jidi,lahir di Gorontalo 1942, wafat tahun 2016. Beliau merupakan salah ulama besar di Provinsi Gorontalo pada masanya. Beliau tidak pernah mengenyam pendidikan formal khusus keagamaan, beliau tamatan sekolah rakyat (SR) yang setingkat sekolah dasar, namun berkat kesungguhan belajar dan ketulusan doa ibunya, beliau sampai mahir membaca kitab-kita klasik (kitab kuning.read) salah satunya durratun nasihin yang sebetulnya kitab-kitab tersebut hanya diajarkan di pondok-pondok pesantren Nahdlatul Ulama.
Bassi jidi lahir dari keluarga sederhana ayahnya seorang petani dan seorang ibu yang fokus dalam mengasuh dan mendidik anak anak. Bassi Jidi memiliki 4 orang anak yakni tiga orang perempuan dan satu orang laki-laki. Saat ini makam beliau dapat ditemukan di area kediaman bupati bone bolango Hamim Pou.
Silsilah keilmuan
Ketika mendengar kata ulama, yang ada dipikiran sebagian besar kalangan masyarakat adalah orang yang telah menempuh pendidikan agama yang ketat, dalam hal ini pondok pesantren, sekolah ke timur tengah atau paling tidak dia adalah seorang yang secara nasab punya kakek atau bapak yang juga seorang ulama.
Namun perspektif ulama tersebut yang selama ini berkembang di masyarakat seolah perlu direvisi lagi, bagaimana tidak, di Gorontalo tepatnya di kecamatan tapa kabupaten bone bolango pernah ada seorang yang dalam kesehariannya berprofesi sebagai tukang (bassi.read) kayu yang menjadi seorang ulama yang masyhur
KH. Ajis muhulalo atau Bassi Jidi awalnya beguru kepada Kali Alinti (bukan nama asli) Paci Anwari (bukan nama asli) kali Hundu (bukan nama asli) abu bakar wumu. KH. Abbas Rauf (kali abbasi) KH. Mari rauf, yang terakhir beliau berguru kepada KH. Adam zakaria yang juga salah satu murid kesayangan KH. Abas Rauf.
Berguru kepada KH. Adam zakaria yang saat itu menjabat sebagai Qadhi Kota Gorontalo, Bassi Jidi punya tempat yang spesial dimana menurut ingatan muraji bereki yang saat itu sering mengantarkan bassi jidi belajar kepada gurunya (KH. Adam Zakaria.read) bahwa basi jidi punya tempat duduk tepat di samping sang guru bahkan, ketika basi Jidi berhalangan untuk datang belajar tempat duduk itu dibiarkan kosong tidak bisa di isi oleh orang lain.
Pengajar umat yang Istiqomah
Walaupun di sibukan dengan keseharian sebagai seorang tukang kayu, namun bassi jidi sangat meluangkan waktunya untuk mengajar agama dalam hal ini mengajarkan kitab-kitab klasik. Pengajian tersebut dilakukan dilakukan dikediaman sendiri atau biasanya di rumah-rumah warga kegiatan ini waktu ini dinamakan majelis.
Menurut penjelasan murid beliau ustadz Majid Wartabone, keistiqomahan basi Basi jidi mengajar agama sangat luar biasa. Pernah suatu ketika ustadz Majid yang punya jadwal belajar kitab menyambangi kediaman basi jidi, sesampai di kediaman sang guru, tak mau lama lama ustad masjid lalu masuk ke rumah.
Mendengar ada orang yang memberi salam dari teras rumah, keluarga pun menghampiri keluar, namun sebelum ustad majid mengutarakan maksud dan tujuannya, keluarga langsung menimpali bahwa bassi jid lagi kurang sehat sehingga belum bisa untuk mengajar, namun tak disangka bassi jidi yang mendengar percakapan tersebut memanggil sang anak untuk membiarkan muridnya masuk dan belajar kitab kepadanya.
Kitab-kitab yang diajarkan antara lain; mabadiul Fiqhiyah, durratun nashihin (tauhid) tanwirul qulub. Dan punya murid selain Ustadz Majid Wartabone, yaitu ustad Sukarno Tahir dan ustadz Apriyanto Yasin.
Karya dan pengabdian
Bassi Jidi adalah salah seorang yang terlibat dalam proses pembuatan terjemahan Al Quran dalam bahasa Gorontalo. Bassi Jidi semasa hidupnya pernah membangun tempat Ibadah yakni mushola Al Mutmainah yang terletak di samping rumah Adat Gobel kecamatan Tapa yang kini sudah bertransformasi menjadi Masjid. Menurut penuturan putri kedua beliau Iyam Ajis, Salah satu Guru dari Bassi Jidi yaitu KH. Abbas Ruaf yang meletakkan batu pertama pembangunan Mushola Al Mutmainah Tapa.
Bassi Jidi juga pernah menjabat sebagai Qadhi di Tapa Kabupaten Bone Bolango yang hingga beliau wafat jabatan sebagai Qadhi di Tapa masih dipegangnya. Bahkan penuturan keluarga sampai saat ini Qadhi Tapa belum ada yang menggantikan.***
Oleh : Anton Hamid
Ketua IPNU Kota Gorontalo