Madinah (Ilustrasi -pixabay) |
Oleh: Arfan Nusi, S.Fil.I., M.Hum
Khutbah Jumat ini sangat
terang mengambarkan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sewaktu memimpin Madinah. Beliau
adalah teladan dalam menghargai perbedaan agama. Di Madinah, tidak hanya tempat
bermukim kaum muslim semata, akan tetap ada Yahudi, Nasrani dan majusi,
dilindungi oleh kekuasaanya. Orang-orang beragama barangkali lupa, bahwa Nabi telah
memberikan teladan akan sebuah perdamaian.
Khutbah 1
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ
مَخْرَجًا وَقَالَ: وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ
لَهُ أَجْرًا
Jama’ah Juma’at Rahimakumullah
Pertama dan tidak henti-hentinya,
kami selaku khatib mengajak pada Jamaah sekalian termasuk diri kami sendiri
untuk memanjatkan puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT, karena Dia
telah memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar. Karunia dan nikmat itu
ialah umur yang panjang, kesehatan yang baik, dan kesempatan yang lapang
sehingga kita semua bisa hadir di sini untuk mendirikan shalat Jumat berjamaah
pada hari ini. Semoga seluruh amal ibadah jumat kita maupun ibadah lainnya
diterima disisi Allah Taala dan mendapatkan Ridha-Nya. Amin.
Oleh sebab itu maka kiranya sebagai
salah satu bentuk rasa syukur kita terhadap semua nikmat Allah ini tidak
bosan-bosannya pula, khatib menyerukan agar tidak ada jemaah yang sampai
tertidur atau berbicara satu sama lainnya ketika khutbah Jumat sedang
dibacakan, hal ini agar kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran lain
yang bermanfaat. Rasa kantuk memang merupakan fitrah sebagaimana juga rasa lapar
dan dahaga namun seyogyanya semua bentuk kefitrahan ini tidak menjadi
penghalang kita dari mendengarkan firman-firman Tuhan yang akan disampaikan.
Shalawat dan salam kita sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta
para keluarganya. Keselamatan semoga juga tercurah atas para sahabat dan umat
beliau dahulu, sekarang dan yang akan datang. Adapun judul khutbah dalam
kesempatan ini adalah “Manusia dan perlindungan terhadap manusia lain”.
Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah
Beribu
pulau, beratus bahasa dan etnik, dengan agama berbeda menyatu dibawah panji
Indonesia raya, bendera merah putih selalu berkibar dan ideologi pancasila
terpatri dalam nurani. Itulah fakta dan kenyataan paling unik Indonesia dalam
kegiatan berbangsa dan bernegara di dunia ini. Seruan perdamaian selalu
disuarakan dimana-mana, agar Indonesia damai dan sejahtera bagai sekeping surga
dan sepotong zamrut di katulistiwa. Namun, kebanggaan akan semua itu seolah sirna
ditelan bumi. Indonesia yang katanya ramah, pemaaf, sejuk dan teduh, kini
hampir telah menjadi cerita masa lalu bagi orang Indonesia. Kerusuhan berbau
agama, suku, tapal batas atau lainnya selalu disuguhkan untuk kita semua.
Hampir setiap tahun kita dihidangkan dengan menu intoleransi, kekerasan,
pembunuhan, penjarahan dan seterusnya. Pertanyaannya adalah masih adakah surga
di negeri ini? Abdul Munir Mulkhan Guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menjawabnya,
kini syurga itu telah retak di negeri orang beriman. Sebagai anak negeri kita
selalu merindukan surga perdamaian, bukan surga yang tak dirindukan sebagaimana
dalam karya novel Asma Nadia.
Hadirin...
pemeluk agama yang saleh mungkin lupa bahwa salah satu misi suci dakwah agama
adalah menghormati kemanusiaan orang lain tanpa memandang agamanya. Bukankah
agama yang diturunkan ini adalah membawa sebuah perdamaian? Sejarah telah
mencatat Contoh teladan yang baik ditunjukkan oleh Rasulullah SAW, Sebagaimana
diketahui, di Madinah, selain kaum muslimin, hidup dan bermukim juga
orang-orang Yahudi yang terdiri dari tiga suku besar, yaitu Quraizhah,
an-Nadhir, dan Qainuqa, di samping kaum Nasrani dan orang-orang musyrik (kaum
pagan). Karena itu, untuk menggalang kerukunan antar suku dan pemeluk keyakinan
tersebut, Nabi Muhammad mengumpulkan kelompok-kelompok tersebut untuk
bermusyawarah dan merumuskan kesepakatan-kesepakatan untuk kemudian menjadi
pedoman hidup bersama.
Jika
dicermati, dalam Piagam Madinah terdapat isu utama mengenai kerukunan, yakni
kerukunan antar pemeluk agama Islam (kaum Muslim), baik kelompok pribumi
Madinah (kaum anshar) dan kelompok pendatang dari Makkah (kaum muhajirin),
maupun kerukunan antar berbagai pemeluk keyakinan dan suku-suku yang ada dan
tinggal di Makkah. Kendati mereka berbeda-beda, tetapi sama dalam hak dan
kewajiban mereka. Yang paling penting dan utama adalah penganiayaan harus
dihindari dan dihilangkan, kepastian hukum harus ditegakkan walaupun terhadap
anak kandung Nabi sendiri. Cuman lagi-lagi hari ini pemeluk suatu agama sering
melupakan fakta bahwa orang berbeda agama itu juga manusia seperti dirinya,
tersiksa dan menderita jika diasingkan dan sakit jika dipukul. Allah SWT
menuntun kita agar menjadi manusia yang menghargai keberadaan orang lain. Dalam
surat al-Imran ayat 159 Allah SWT berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا
غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ
لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Artinya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Pernyataan
al-Qur’an di atas menunjukkan dengan sangat jelas bahwa nabi kaum muslimin
Muhammad SAW adalah orang yang berhati lembut dan tidak berlaku kasar terhadap
orang lain, termasuk terhadap orang yang menolak agamanya. Allah bahkan
menegaskan bahwa penyebaran agama dengan cara-cara kekerasan justru bukan hanya
akan gagal, melainkan juga membuat orang lain lari dan benci kepada kita.
Hadirin sidang jama’ah jum’at yang dirahmati Allah
Dakwah
yang disuarakan dengan cara menyakiti hati orang beriman adalah sebuah dosa
yang besar. Al-Qur’an menyatakan:
وَالَّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ بِغَيْرِ
مَا اكْتَسَبُوْا فَقَدِ احْتَمَلُوْا بُهْتَانًا وَّاِثْمًا مُّبِيْنًا ࣖ
Artinya:
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang
mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya
mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.
(QS al-Ahzab: 58)
Kerahmatan
Islam yang dicanangkan nabi Muhammad SAW pada sisi lain dijalankan dengan cara
membebaskan manusia dari belenggu-belenggu manusia atas manusia. Sejarah
kenabian Muhammad mencatat bahwa penindasan manusia atas manusia yang lain telah
berlangsung di hampir seluruh dunia dalam waktu yang cukup lama. Atas realitas
itulah al-Qur’an hadir dan membebaskan penindasan manusia atas manusia yang
lain, karena penindasan adalah kezaliman.
Hadirin sidang jama’ah jum’at yang dirahmati Allah
Atas
dasar petunjuk al-Qur’an suci, sekiranya menjadi pegangan yang kuat bagi kita
semua. Tetapi yang lebih memprihatinkan hari ini adalah kaum muslimin terjebak
pada penafsiran tekstual al-Qur’an, sehingga al-Qur’an dipahami secara literal
dan sebagaimana adanya. Sehingga jangan heran banyak orang yang merasa saleh
dalam beragama, sering meletakkan orang yang berbeda dari agamanya sebagai
musuh Tuhan, sebagai iblis dan setan yang harus dilenyapkan karena selalu
dicurigai akan menggorogoti keimanannya, padahal Allah sendiri memberi hak
hidup kepada manusia sampai akhir hayatnya. Oleh kelompok organisasi ekstrim
tertentu pekikkan Allahu Akbar kini telah dijadikan spirit untuk melakukan kekerasan,
pengrusakan, pemukulan dan penganiayaan. Seolah-olah apa yang mereka lakukan
telah direstui Allah SWT dengan dalih mencegah kemungkaran. Tapi bagi khatib
sendiri benar hal ini mencegah kemungkaran tetapi caranya justru memunculkan
kemungkaran yang baru. Mungkin masih
hangat di ingatan kita penyerangan brutal beberapa ormas keagamaan dengan teriakan-teriakan
Allahu Akbar sekaligus menggunakan atribut keagamaan di Silang Monas, pada 1
Juni 2008 terhadap aktivis AKKBB yang membela Ahmadiyah. Para penyerang
menuntut agar pemerintah membubarkan jemaat Ahmadiyah.
Awal
tahun 2015 dunia pendidikan negeri ini
digegerkan penemuan buku pelajaran Agama Islam, terbitan MENDIKBUD berisi
ajaran radikal. Salah satu dari isi buku itu adalah ajaran tauhid yang
berpandangan boleh membunuh orang lain yang berlaku syirik. Di sisi lain dalam
buku Abdul Munir Mulkhan melaporkan situasi yang tidak jauh berbeda tentang
anak-anak muda Muslim yang semangat penegakkan syariah yang tinggi. Mereka
cenderung menempatkan pihak lain sebagai ancaman bagi realisasi penegakkan
syariah. Beberapa peristiwa tersebut memberi petunjuk bahwa aksi teror atas
nama agama di negeri Indonesia ini bukannya semakin surut, melainkan semakin
berani unjuk gigi secara terbuka.
Situasi
tersebut terlihat ketika pada akhir Desember tahun 2014, TNI-POLRI menerima
ancaman dari ISIS yang dilakukan oleh Abu Jandal alias Salim Mubarok Attamimi,
warga negara Indonesia yang bergabung dengan ISIS di Suriah. Dasar ancaman itu
karena TNI-POLRI dianggap menghalangi niat ISIS menegakkan syariat Islam di
Indonesia. Abu Jandal dengan lantang mengatakan: “tentu saja kami mengetahui penegakkan syariat Allah harus dimulai
dengan memerangi kalian”. Membantai satu persatu TNI-POLRI, sambil
mengacungkan telunjuk, akan kembali ke Indonesia untuk membuktikan ancamannya
tersebut.
Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah
Untuk
keluar dari kemelut yang berkepanjangan tersebut, lewat mimbar jum’at ini
khatib ingin mengatakan bahwa bangsa ini masih belum lulus belajar materi kasih. Perlu tampil di
tengah-tengah masyarakat kita adalah pewaris-pewaris Muhammad SAW yang ikhlas
mengajarkan kasih bagi semesta, sehingga rahman dan rahim tidak hanya
diperankan oleh Allah semata, tetapi juga diusung oleh manusia sebagai
hambaNya.
Ada sebuah hadis yang sangat disenangi oleh
seorang filosof dari Pakistan Muhammad Iqbal namanya, bahwa Nabi Muhammad Saw
bersabda: Takhallaqu bi akhlaqillah
(berakhlaklah kamu dengan akhlak Allah). Mungkin terlalu berat dan sulit bagi
kita bila harus meneladani semua sifat Allah yang tersurat dalam al-Qur’an.
Tetapi di momen juma’at inilah kesempatan kita semua untuk menampakan sifat
kasih dan sayang dalam kehidupan rumah tangga, masyarakat, negara, agama, suku,
etnis dan pola pikir, maka berkah dari langit akan segera menyertai derap
langkah kita. Jangan merasa puas dengan hanya sekadar hafal bahwa Allah itu
Maha pemurah dan Maha Penyanyang. Tetapi akan lebih bermakna bila setiap mukmin
berupaya menghayati dan diwujudkan dalam tingkah laku kita dalam kehidupan
sehari-hari.
Jika kasih dan sayang ini merasuk dalam diri manusia,
barangkali di negeri ini kita tidak akan menyaksikan kejadian bom Bali satu dan
bom Bali dua, kita tidak akan menyaksikan di negeri ini pembakaran Gereja,
Masjid, dan penyerangan orang yang berbeda agama. Kita tidak akan menyaksikan
peristiwa bom Sarinah pada bulan Januari 2016. Semoga kasih dan sayang kepada
sesama manusia itu selalu terpatri dalam lubuk hati kita yang paling dalam dan
senantiasa kita diselimuti kedamaian dan kesejahteraan di muka bumi ini.
Amiiiiin....
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم
ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم أقول قولي هذا وأستغفر الله لي
ولكم إنه تعالى جواد كريم ملك رؤوف رحيم إنه هو السميع العليم.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ
وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى
اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ،
أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ
اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى
آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
*Penulis salah satu Akademisi di IAIN Sultan Amai Gorontalo