Dilansir dan NU Online, Rombongan PP Muhammadiyah diterima
langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf yang didampingi Wakil
Ketua Umum H Amin Said Husni, Sekretaris Jenderal H Saifullah Yusuf, serta
Wakil Sekretaris Jenderal Najib Azca, Suleman Tanjung, dan Imron Rosyadi
Hamid.
Sementara Prof Haedar Nashir didampingi oleh Sekretaris Umum
Prof H Abdul Mu'ti, Bendahara Umum Hilman Latief, jajaran Ketua Prof Anwar
Abbas, Saad Ibrahim, dan Agus Taufiqurrahman, serta jajaran Sekretaris Izzul
Muslimin dan M Sayuti.
Setelah melangsungkan pertemuan, para pimpinan kedua ormas
Islam terbesar di Indonesia ini membuat pernyataan bersama.
Keduanya sepakat untuk mengedepankan kepemimpinan moral
dalam menjelang pemilihan umum (pemilu) 2024 mendatang. Menurut Gus Yahya,
kepemimpinan moral sangat diperlukan dalam politik agar para politisi tak hanya
mengedepankan kepentingan-kepentingan pragmatis.
"Dalam politik
ini perlu ada kepemimpinan moral supaya tidak disetir dengan
kepentingan-kepentingan pragmatis," kata Gus Yahya dalam konferensi pers
di lobi PBNU. Ke depan, PBNU dan Muhammadiyah akan melanjutkan
diskusi-diskusi untuk menindaklanjuti pertemuan pada hari ini. Gus Yahya
berharap bisa membangun strategi bersama agar bisa berpengaruh atas berbagai
macam isu yang berkembang.
"Nanti kedua belah pihak (PBNU dan Muhammadiyah) akan
terus melanjutkan diskusi-diskusi ini. Karena kalau soal komunikasi langsung
sudah biasa, tapi kita ingin bersama-sama mencari strategi untuk menciptakan
momentum, mudah-mudahan bisa berpengaruh," kata Gus Yahya.
Selain isu politik, PBNU dan Muhammadiyah juga akan menjalin
kerja sama dalam membangun strategi ekonomi yang lebih berkeadilan. Gus Yahya
mengakui, pihaknya akan belajar dari Muhammadiyah tentang kerja-kerja
administrasi organisasi dan pelayanan terhadap umat.
"Saya kira, ini akan menjadi ladang khidmah yang sangat
subur bagi NU dan Muhammadiyah. Kami berterima kasih sekali. Mudah-mudahan ini
menjadi kunjungan yang berkah," harap Gus Yahya.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof H Haedar
Nashir mengatakan bahwa kepemimpinan moral diharapkan untuk menjadikan Pemilu
2024 lebih bermartabat. Kepemimpinan moral itu, jelasnya, melahirkan arah
dan visi kebangsaan yang jelas sehingga kontestasi politik tak hanya berupa
ajang mencapai kekuasaan semata.
"Tapi ada visi kebangsaan apa yang mau dibawa,
diwujudkan yang berangkat dari fondasi yang diletakkan para pendiri
bangsa," tutur Prof Haedar.
Ia menjelaskan, kepemimpinan moral yang disepakati itu
diharapkan mampu menyetir kontestasi politik menjadi lebih baik. Siapa pun
pemimpin negeri ini yang terpilih, maka dia akan menjadi satu kepemimpinan yang
sadar atas perilaku baik dan buruk.
"Kami sebagai kekuatan keagamaan kemasyarakatan yang
non-politik praktis punya panggilan moral, hadir tanpa merasa paling benar
sendiri," tegas Prof Haedar.